Sabtu, 09 Oktober 2010

Kanker Serviks Vs Pembalut

Kanker servix merupakan kanker yang terjadi pada serviks uterus (pintu masuk ke arah rahim yang terletak di antara rahim dan vagina). Kanker ini 99,7% disebabkan oleh Human Papilloma Virus (HPV) dan biasa terjadi pada wanita yang sudah berumur, tapi dapat juga menyerang wanita yang berumur 20 - 30 tahun. Kanker serviks biasanya menjangkit wanita yang suka berganti pasangan, telah berhubungan seks di usia dini (sebelum 17 tahun), merokok, serta sering melahirkan. Hampir tidak ditemukan kanker jenis ini pada wanita yang tidak melakukan aktivitas seksual

Secara umum gejala kanker serviks adalah pendarahan pada vagina setelah aktivitas seksual atau di antara masa haid. Gejala lain yang mungkin timbul adalah kehilangan nafsu makan, nyeri tulang panggul dan tulang belakang, nyeri pada anggota gerak terutama kaki, bengkak pada kaki, feces keluar dari vagina, dan patah tulang panggul.



Kanker serviks dapat dicegah dengan rutin melakukan pap smear (tes lendir yang terdapat pada leher rahim) minimal setahun sekali atau 3 bulan setelah melahirkan untuk mendeteksi ada tidaknya prakanker atau displasia maupun sel karsinoma penyebab kanker serviks. Mengkonsumsi vitamin A dan C, serta menggunakan pembalut berkualitas juga dapat mencegah timbulnya sel-sel kanker. 


Pembalut Wanita

Pembalut wanita termasuk dalam kategori produk cepat saji dan produk sekali pakai. Dengan alasan sekali pakai itulah, banyak wanita di Indonesia cenderung memilih pembalut yang murah dan cukup nyaman untuk dipakai tanpa menganalisa lebih lanjut mengenai kualitas produk yang dipakai maupun resiko kesehatan yang mungkin terjadi dengan menggunakan pembalut wanita biasa.



Meninjau dari kebiasaan sebagian besar wanita Indonesia itulah, banyak produsen pembalut wanita biasa berlomba-lomba menciptakan produk pembalut maupun pantyliner dengan harga murah sehingga memancing para wanita untuk membeli produk mereka. Untuk menghasilkan produk yang murah, tentu bahan baku yang dipergunakan juga harus murah. Oleh karena itu para produsen pembalut wanita biasa banyak yang menggunakan bahan baku hasil daur ulang sampah kertas bekas.

Nah...agar hasil daur ulang sampah kertas bekas bisa tampak putih bersih, produsen pembalut wanita menggunakan bahan-bahan kimia. Bahan-bahan kimia ini juga dipergunakan untuk menghilangkan aroma sampah kertas bekas dan membunuh bakteri (sterilisasi) sampah kertas bekas tersebut.



Setelah melalui proses "pemutihan" tersebut, sampah kertas bekas tersebut dikemas sedemikian rupa untuk kemudian diperdagangkan dan dikonsumsi oleh banyak wanita yang tanpa menyadari bahaya penggunaan pembalut tersebut dalam jangka panjang.

Lebih jauh lagi, pada saat haid cairan meresap ke dalam pembalut biasa dan bercampur dengan bahan kimia. Pada saat duduk, tanpa disadari cairan yang sudah terkontaminasi bahan kimia merembes keluar, masuk ke organ kewanitaan dan selanjutnya akan menimbulkan berbagai masalah organ intim kewanitaan. Maka hati-hati jika merasa becek pada saat mengenakan pembalut.


Menurut penelitian, terdapat sebanyak 107 bakteri per milimeter persegi ditemukan di atas pembalut wanita biasa, kondisi inilah yang membuat pembalut biasa menjadi sumber sarang pertumbuhan bakteri merugikan, meski pembalut biasa hanya dipakai selama 2 jam saja. Bayangkan banyaknya bakteri pada permukaan seluas pembalut, apalagi jika dipakai lebih dari 2 jam. 107 bakteri per milimeter persegi ditemukan di atas pembalut biasa.

Oleh karena itu, uji kualitas pembalut sebelum memakainya. Lebih baik mencegah daripada mengobati. Diperlukan waktu yang panjang dan biaya yang tidak murah untuk mengobati infeksi pada organ intim kewanitaan.

Cara menguji kualitas pembalut:

1. Koyak pembalut dan ambil bagian inti / dalamnya
2. Tuang air putih ke dalam wadah (bisa gelas atau mangkok) bening
3. Masukkan sebagian dari inti pembalut ke dalam wadah yang berisi air putih lalu aduk
4. Perhatikan perubahan warna air dan bagian inti pembalut
5. Jika air berubah menjadi keruh dan bagian inti pembalut hancur, maka sudah bisa dipastikan kualitas pembalut buruk dan mengandung pemutih / dioxin yang berbahaya karena merupakan pemicu timbulnya berbagai gangguan kewanitaan seperti: keputihan, iritasi, aroma yang tidak sedap, bahkan kanker mulut rahim / serviks yang menjadi pembunuh nomor 1 bagi wanita Indonesia (berdasarkan data dari WHO, Indonesia merupakan negara dengan angka penderita kanker serviks tertinggi di dunia dan 62% di antaranya disebabkan karena penggunaan pembalut / pantyliner tidak berkualitas)

                       
STOP MENGGUNAKAN PEMBALUT BIASA!
 


 


 


 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar